A. Morfologi Tanaman Jarak Pagar
Tanaman jarak pagar termasuk famili Euphorbiaceae, satu famili dengan karet dan ubi kayu. Klasifikasi tanaman jarak pagar sebagai berikut
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorboiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Spesies : Jatropha curcas L.
Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1 – 7 m, daun tanaman jarak pagar adalah daun tunggal berlekuk dan bersudut 3 atau 5. Daunnya lebar dan berbentuk jantung atau bulat telur melebar panjang 5 – 15 cm., tulang daun menjari dengan jumlah 5 – 7 tulang daun utama, daunnya dihubungkan oleh tangkai daun yang berukuran 4 – 15 cm.
Tanaman jarak pagar adalah bunga majemuk berbentuk malai, berwarna kuning kehijauan; berkelamin tunggal; dan berumah satu (putik dan benang sari dalam satu tanaman); bunga terdiri atas 5 kelopak berbentuk bulat telur dengan panjang lebih kurang 4 mm; benang sari mengumpul pada pangkal dan berwarna kuning; tangkai putik pendek berwarna hijau dan kepala putik melengkung keluar berwarna kuning; bunga juga mempunyai 5 mahkota berwarna keunguan; tiap tandan terdapat lebih dari 15 bunga. Bunga betina 4 – 5 kali lebih banyak dari bunga jantan. Bunga jantan maupun bunga betina tersusun dalam rangkaian berbentuk cawan yang tumbuh di ujung batang atau ketiak daun. Jarak pagar termasuk tanaman monoecious dan bunganya uniseksual. Kadangkala muncul bunga hermaprodit yang berbentuk cawan berwarna hijau kekuninga.
Buah tanaman jarak pagar berbentuk bulat telur dengan diameter 2 – 4 cm. Panjang buah 2 cm, dengan lebar sekitar 1 cm. Buah berwarna hijau ketika muda serta abu-abu kecokelatan atau kehitaman ketika masak. Buah jarak terbagi menjadi 3 ruang, masing-masing ruang berisi 1 biji sehingga dalam setiap buah terdapat 3 biji.
Biji jarak pagar memiliki ukuran rata-rata 18 x 11 x 9 mm, berat 0,62 gr dan terdiri dari 58,1 % biji inti berupa daging dan kulit 41,9 %. Kadar minyak dalam inti biji sekitar 33 % - 55 %.
Persyaratan Tempat Tumbuh
Tanaman jarak beradaptasi dengan lingkungan tempat tumbuhnya, adapun kondisi tempat tumbuh yang optimal yaitu 50° LU - 40° LS, 0 - 2000 m dpl, suhu berkisar antara 18° - 30° C. Pada daerah-daerah dengan suhu rendah (< 18° C) dapat menghambat pertumbuhan, sedangkan pada suhu tinggi (> 35° C) menyebabkan daun dan bunga gugur, buah kering sehingga produksi menurun. Curah hujanyang dibutuhkan untuk pertumbuhan berkisar antara 300 mm - 1200 mm per tahun. Tanaman jarak pagar dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur, memiliki drainase baik, tidak tergenang, dan pH tanah 5.0 - 6.5 kemudian mengungkapkan bahwa tanaman jarak pagar dapat
tumbuh pada yang berbagai jenis tanah, antara lain di tanah berbatu, tanah
berpasir, tanah liat bahkan juga di tanah yang kurang subur. Waktu yang paling
baik untuk menanam jarak pagar adalah pada musim panas atau sebelum musim
hujan.
B. Penyakit Pada Tanaman Jarak Pagar
Beberapa penyakit yang dapat menyerang tanaman jarak pagar, antara
lain: bercak pada bibit, bercak alternaria, karat bercak daun cercospora, layu
fusarium, busuk botrytis, layu bakteri, busuk arang dan bercak daun bakteri
1. Bercak Pada Bibit
Penyakit ini banyak terjadi pada musim hujan. Kerusakan dapat mencapai
30 – 40% dan umumnya terjadi pada tanaman muda/bibit yang baru pindah ke
lapangan dengan kondisi pengairan yang kurang baik. Gejala penyakit terlihat
pada permukaan daun, yaitu berupa bercak-bercak melingkar, kemudian meluas
sehingga menyebabkan daun busuk. Selanjutnya, infeksi menyebar sampai ke
batang sehingga dapat menyebabkan tanaman mati. Daun-daun yang lebih tua
atau daun muda yang berada pada tanaman tua dapat juga terinfeksi, tetapi
kerusakannya tidak seberat bila terjadi pada bibit/tanaman muda. Bercak-bercak
pada daun biasanya berubah warna hijau menjadi kuning, lalu berwarna cokelat.
Pemilihan bibit disertai dengan pemeliharaan tanaman yang baik (terutama sistem
pengairan) akan mengurangi kerusakan tanaman
2. Bercak Alternaria
Penyakit ini disebabkan oleh Alternaria ricini. Penyakit ini pada bulanbulan
dengan curah hujan yang tinggi memungkinkan fungi berkembang cepat
pada kapsul buah sehingga buah menjadi hitam. Bila infeksi terjadi secara
intensif, tanaman menjadi kerdil bahkan dapat mengalami kematian. Bercakbercak
penyakit dapat ditemukan sepanjang tahun, dan pada musim hujan bercak
menjadi luas. Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida
kaptan atau mankozeb dengan interval tiap 15 hari.
3. Karat
Penyakit ini disebabkan oleh Melamspora rinici. Penyakit ini dapat di lihat
dengan gejala seperti pustul karat di bawah permukaan daun.Pada bagian bawah
daun terlihat bercak-bercak bulat kecil berwarna kuning, bila serangan berat dapat
menyebabkan daun kering.
Pengendalian penyakit karat dapat dilakukan dengan cara pemupukan
berimbang, sanitasi daun-daun yang telah terserang berat dan membakarnya,
menggunakan bahan tanaman untuk perbanyakan hanya dari tanaman sehat,
menghindari menanam anyelir berdekatan dengan tanaman jarak pagar,
menggunakan fungisida yang berbahan aktif ferbam, zineb, dan mankozeb.
(Departemen Pertanian , 2006 a).
4. Bercak daun cercospora
Penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan berat pada tanaman jarak.
Gejala umum penyakit pada daun terlihat titik hitam kecil atau titik cokelat yang
dikelilingi cincin berwarna hijau pucat. Bercak-bercak tersebut dapat dilihat dari
permukaan daun. Ketika bercak membesar, pusat bercak berubah warna menjadi cokelat pucat,kemudian putih keabu-abuan yang dikelilingi warna cokelat tua. Cara pengendalian dapat di lakukan dengan menggunakan fungisida berbahan aktif karbendazim atau monkozeb dapat digunakan.
Penyakit mempunyai gejala yang terdiri atas dua fase yang berbeda. Pada fase pertama, yang juga disebut sebagai fase “Non-agresif” pada daun terdapat bercak-bercak kecil berwarna cokelat tua, yang menghasilkan banyak konidiofor dengan konidium. Infeksi yang terjadi karena konidium ini menghasilkan bercak di sekitar bercak pertama yang berkembang menjadi penyakit yang kedua, yaitu fase “agresif”. Pada fase ini terjadi bercak yang mempunyai halo klorotik berwarna cerah.
Fungi bertahan dari satu musim ke musim berikutnya pada daun, batang dan biji yang sakit. Ketika biji yang terkontaminasi berkecambah akan lemah. fungi akan menghalangi perkecambahan dengan luka pada kotiledon. Konidia ditebarkan atau dipencarkan oleh hujan atau dibawa oleh serangga dan mesin atau alat pertanian. Fungi berkembang dalam beberapa jam dan jaringan daun cepat dipenetrasi. Jika cuaca panas dan lembab, daun-daun yang baru menjadi terinfeksi. Bercak daun Cercospora lebih bertahan ketika tanaman ditanam secara berulang-ulang pada lahan yang sama tanpa rotasi tanaman.
5. Layu Fusarium
Penyakit ini disebabkan oleh fusarium oxysporum yang terjadi pada pada stadia bibit dan tanaman di lapangan. Bila bibit terserang maka daun-daun akan terlihat hijau pudar dan layu, lalu mati. Daun-daun di bagian bawah rontok dan hanya menyisakan daun-daun di bagian atas saja
Pengendalian penyakit layu fusarium dilakukan dengan cara menggunakan bibit yang sehatdan tanaman sakit dibongkar dan dimusnahkan dengan cara /di bakar, tidak menggunakan tanah yang terkontaminasi patogen tersebut , pemanasan (pasteurisasi) tanah bekas tanaman terinfeksi penyakit layu dan tanah untuk pembibitan, menghindari terjadinya luka pada tanaman terutama pada saat penyiangan gulma dan pengolahan tanah, disinfeksi peralatan pertanian/alat pemotong bunga, penggunaan fungisida berbahan aktif kaptan, benlate (Departemen Pertanian, 2006 b).
6. Busuk Botrytis
Penyakit ini disebabkan Botrytis rinici. Gejala awalnya berupa bercak kecil berwarna kehitaman pada bunga. Pengendalian dapat dilakukan secara kimia dengan fungisida karbendazim atau tiofanat dengan interval tiap 15 hari sekali
7. Busuk arang
Gejala pada tanaman terlihat seluruh daun layu tiba -tiba, dalam waktu kurang dari satu minggu tanaman mati. Kadang-kadang pada perkembangan penyakit berlangsung lambat hal ini di tandai oleh daun bagian bawah layu dan menguning terlebih dahulu sampai akhirnya rontok. Jika penyakit terus berlanjut maka tanaman akan mati. Apabila tanaman dicabut pada perakaran akan terlihat busuk kering dan berwarna hitam. Pada gejala lanjut, kulit luar pangkal batang tersobek-sobek dan terlihat pustul hitam yang merupakan sklerosia fungi. Penyakit ini disebabkan oleh Rhizoctonia bataticola banyak menyerang tanaman jarak yang ditanam di Ngemplak di lokasi ini sebelumnya tanam kapas juga terserang busuk arang. Penelitian di laboratorium menunjukkan benih jarak yang berasal dari biji juga bisa diserang patogen hal ini terjadi jika sumber inokulum cukup banyak (Departemen Pertanian, 2006a).
Pengendaliannya dapat dilakukan dengan menggunakan ekstrak mamba. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa ekstrak mimba mampu menghambat pertumbuhan fungi. Penyemprotan dengan larutan organeem dengan dosis 5-10 ml/l pada pangkal batang mampu menghambat perkembangan penyakit
8. Penyakit Curvularia sp.
Gejala penyakit ini adalah berupa bercak bulat berukuran kecil, berwarna cokelat. Infeksi yang berat menyebabkan daun yang paling tua mengering, mengeriting, dan menjadi rapuh. Pada daun yang mengering ini bercak-bercak Curvularia sp. tetap terlihat jelas sebagai bercak cokelat tua. Penyakit ini sangat menghambat pertumbuhan bibit meskipun bukan penyakit yang mematikan tanaman .
Fungi ini terutama disebarkan dengan konidiumnya, baik karena terbawa angina maupun karena percikan air hujan dan air siraman, dan mungkin juga oleh serangga Pengendalian dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan kultur teknis dan mekanis. Cara kultur teknis dilakukan dengan menggunaan benih yang sehat dan memperbaiki drainase tanah serta sanitasi kebun. Cara mekanis dilakukan dengan memusnahkan tanaman atau bagian tanaman yang terserang beratagar tanaman lain tidak terinfeksi (Departemen Pertanian, 2006).
9. Phytophthora sp.
Gejala awal penyakit ditandai dengan gejala awal yaitu daun-daun
bawah layu, menguning, dan menggantung di sekitar batang sebelum rontok.
Selanjutnya selanjutnya gejala ini diikuti oleh daun-daun yang agak muda
sehingga tanaman hanya mempunyai sedikit daun-daun kecil di puncaknya. Jika
digali tanahnya maka tampak akar-akar lateral yang membusuk berwarna cokelat
tua, lunak, dan sering berbau tidak enak. Pembusukan yang sudah sampai meluas
ke akar tunggang, sehingga tanaman sering roboh. Pembusukanyang disebabkan
oleh Pytophthora sp meluas ke pangkal batang di atas permukaan tanah. Penyakit
juga dapat terjadi pada buah yang masih hijau, meskipun agak jarang. Adapun
gejala adalah buah yang telah membusuk tetap keras. Pada umumnya
pembusukan buah di mulai dari dekat tangkai. Buah ditutupi oleh miselium fungi
berwarna putih, selanjutnya buah mengeriput dan berwarna hitam
(Departemen Pertanian, 2007a).
Fungi penyebab penyakit ini terutama dipencarkan oleh air, baik air hujan
yang memercik maupun air yang mengalir pada permukaan tanah. Sebagai sumber
penyakit adalah tanah dan air yang mengandung Phytophthora sp., dan bagian
tanaman yang sakit. Bagian-bagian tanaman yang sakit, misalnya daun, dapat
disebarkan dalam kebun oleh angin. Angin yang terjadi pada waktu hujan dapat
menyebarkan spongarium Phytophthora sp. yang dibentuk pada permukaan
bercak Pengendalian serangan penyakit ini dapat dilakukan dengan berbagai
cara yaitu deengan cara perbaikan draenase untuk menurunkan faktor penunjang
pertumbuhan fungi dan fumigasi dilakukan untuk tanah pembibitan ,bibit tidak terlalu dalam, sebaiknya rotasi tanaman bukan inang (selain jeruk, cokelat, durian, karet, kelapa, lada dan pisang ), penanaman tanaman yang tahan terhadap penyakit ini, membongkar tanaman sakit sampai akar- akarnya kemudian di bakar ( menghilangkan sumber inokulum),Serangan pada buah dapat dilakukan penyemprotan dengan fungisida terutama di daerah dekat dengan tangkai buah (Departemen Pertanian, 2007a ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar